“Alasan saya menunda pulang dari Pel. Ratu sebenarnya karena penasaran akan pantai yang kata Kang Adi bagus dan tak jauh dari Pel. Ratu.”
Pantai Ciantir dari Atas Bukit |
Sambil menunggu charging HP dan baterai kamera, saya
duduk di warung Kang Adi menunggu kendaraan yang akan membawa saya ke “Java
Hidden Paradise” alias Pantai Sawarna yang terletak di Provinsi Banten. Kata
penduduk di Pel. Ratu, ini adalah pantai baru dan masih bagus yang belakangan
saya ketahui dari pedagang di pantai Sawarna bahwa pantai ini baru ramai pada
tahun 2010. Walaupun sebenarnya saya tidak tahu kriteria pantai yang bagus,
tapi karena rekomendasi orang-orang pantai maka saya tidak ragu mendatanginya.
Sekitar pukul 12.00 kendaraan
yang akan membawa saya datang juga. Kendaraan itu bernama ELF – padahal ELF itu
merk mobilnya (Isuzu ELF). ELF yaitu angkutan yang biasanya melayani jalur antar
desa yang ukurannya seperti mobil-mobil travel.
ELF bisa memuat lebih banyak dari angkot biasa dan seringnya lebih banyak pula
dari kapasitasnya. Saat itu saya kira akan suram
karena di atas ELF sudah bertengger karung-karung sayuran yang dibawa dari
pasar Pel. Ratu, tapi ternyata ELF-nya masih bagus, tidak over capacity dan duduk pun nyaman. Saya pun siap menuju Sawarna
yang katanya menempuh 2 jam perjalanan menuju terminal Cisolok dan terus menuju
terminal Bayah di Banten.
Perjalanannya seperti naik
halilintar di Dufan berjam-jam. Karena jalur yang ditempuh adalah jalur gunung
yaitu Gunung Batu maka sudah pasti treknya naik-turun dan berliku. Tapi dibalik
itu semua ada sesuatu yang indah juga. Di sisi kiri sering terlihat pemandangan
pantai dan laut selatan yang kalau di lihat dari atas terlihat kecil namun luas
dan baru kali ini saya lihat alam dengan pakaian seindah itu. Keren... Sekitar
pukul 14.00 akhirnya saya diturunkan di jalur menuju Sawarna yaitu pertigaan
Cibayawak. Ini adalah satu dari dua jalur menuju Desa Sawarna, yang lainnya
adalah jalur Ciawi yang jaraknya lebih dekat dari Pel. Ratu tapi masuk ke Desa
Sawarnanya lebih jauh. Dari situ dengan menggunakan ojek saya sampai di Desa
Sawarna. Ternyata pantainya terletak di belakang pemukiman penduduk yang
disulap menjadi homestay, dan ternyata
juga nama pantainya bukan Pantai Sawarna tapi Pantai Ciantir yang letaknya di
Desa Sawarna. Setelah lanjut dengan berjalan kaki akhirnya saya sampai di
pantainya.
Kesan pertama saya saat tiba di
pantainya adalah “panas”, karena saat itu masih sekitar jam 2 siang. Akhirnya
saya memutuskan duduk-duduk di warung di sekitar pantai. Di sini warungnya
semua terbuat dari bambu dan beratap injuk
sehingga menimbulkan kesan alami. Sambil istirahat saya memperhatikan
sekeliling, memang dari beberapa pantai yang saya datangi –di Jawa Tengah dan
Bali– ini yang paling bagus. Pasirnya putih, sekelilingnya perkebunan, sawah,
dan bukit-bukit nan hijau yang kontras dengan pantai yang saat itu gersang
ditambah dengan lingkungan yang masih bersih. Ombak khas laut selatan pun tak
lupa selalu setia beriringan membasahi pasir yang gersang. Katanya saat
ombaknya tinggi yaitu antara bulan Mei sampai Agustus, Pantai Ciantir menjadi
salah satu spot surfing bule-bule.
Karang Kembar Tanjung Layar |
Matahari pun akhirnya condong dan
kegersangan pantai mulai berkurang. Saya pun memutuskan berjalan di pinggir
pantai merasakan pasir putihnya dengan buih-buih sisa ombak yang merayap. Sore
itu saya berniat menuju Tanjung Layar, salah satu “spot” di Sawarna dan pada
pagi harinya saya akan ke Lagoon Pari. Dengan menyusuri pantai ke arah barat
saya pun sampai ke Tanjung Layar. Tanjung Layar adalah adalah kumpulan karang-karang
yang cukup luas dengan 2 buah karang besar di tengahnya membentuk seperti
bukit. Di sana ombak-ombak yang menghantam karang lebih “wah” daripada di Pel.
Ratu. Karang-karang membentuk tembok mengelilingi Tanjung Layar sehingga membentuk
laguna yang tenang. Saat surut kita bisa melihat beberapa biota laut seperti
bintang laut, bulu babi, dan ikan warna-warni yang terjebak di sana.
Karang Kokoh Lagoon Pari |
Selain Tanjung Layar, Lagoon Pari
adalah tempat berikutnya yang saya datangi keesokan paginya. Tapi sayang,
karena tidak tahu jadi kami tidak sampai ke pantainya. Kami hanya sampai di
laguna kecil dengan karang-karang yang tak sebesar di Tanjung Layar. Namun saat
keindahan terletak di langitnya yang mendung namun ada pelangi sehingga
menjadikan pemandangan dengan kontras yang indah.
Bagi saya Sawarna bisa jadi
tempat menarik jika ingin dapat pantai bagus dengan laguna-laguna cantik. Penginapan
disana pun banyak dan bervariasi, banyak homestay-homestay
disana dengan harga bervariasi pula. Tapi untuk yang ber-budget minim dan tidak berombongan banyak, saung-saung di pinggiran pantai milik penjaga warung bisa menjadi
alternatif tampat menginap yang murah –saya pastinya memilih yang kedua– atau
bikin tenda di pinggir pantai juga tidak dilarang. Namun sayangnya menu makanan
laut di pinggir pantainya belum banyak ada, rata-rata hanya ada mie instan dan
telor saja. Untuk ikan harus request
dan penjualnya akan membelikannya dulu. Ironis juga di laut tapi tidak ada ikan
bakar.
Selesai dari Lagoon Pari saya pun
kembali menuju Jakarta dengan sebelumnya ke Kota Sukabumi untuk membeli Mochi
Lampion di JL. Bhayangkara, Gang Kasuari. Saya kembali naik ELF ke Pel. Ratu.
Benar saja yang saya katakan tentang ELF yang over capacity. Ada sekitar 2 kali lipat dari kapasitas penumpang
yang diangkut saat itu. Bahkan sampai ada 4 orang yang harus naik di atap
mobil. Tapi dari kepenuhan itu ada sedikit rejeki karena saya jadi harus memangku
seorang cewe selama perjalanan :p.
Mungkin Berguna :
Rute Pel. Ratu - Sawarna : Jakarta - Bogor - Pel. Ratu - Sawarna
Ongkos-ongkos :
1. Bis Jakarta Bogor : Rp 7.000,-
2. Bis Bogor - Pel. Ratu : Rp 30.000,- (saat itu sedang macet jadi lebih mahal)
3. Angkot Pel. Ratu - Karang Hawu : Rp 5.000,- (jangan naik ojek yang ditawarkan di terminal Pel. Ratu)
4. Elf Karang Hawu - Cibayawak : Rp 20.000,- (kalau turun di Ciawi Rp 15.000 tapi ojeknya tidak tahu)
5. Ojek Cibayawak - Sawarna : Rp 25.000,- (kalau bisa ditawar, pasarannya Rp 20.000,-)
6. Masuk Pantai Ciantir : Rp 5.000,-
7. Penginapan di Ciantir (saung pinggir pantai) : Rp 20.000,-/orang (kalau rombongan beda dan lebih murah)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar