Ini sudah lama ingin saya tulis , tapi
karena kesibukan Tugas Akhir jadi saya baru sempet nulis pengalaman saya
“muncak” ini.
Kali ini yang saya coba adalah Gunung
Sindoro di Wonosobo, Jawa Tengah yang merupakan gunung tertinggi ke-8 di pulau
Jawa diatas Gunung Merbabu yang pernah saya taklukan dengan ketinggian 3154
meter diatas permukaan laut (kata penjaga basecamp).
Banyak sekali pengalaman berbeda dan
momem-momen menarik selama perjalan, jadi sayang jika tidak didokumentasikan
dalam bentuk tulisan. Pengalaman pertama adalah teman baru, kali ini saya
mendaki bersama Adit, Alim (lagi-lagi), dan teman yang baru saya kenal Lilik.
Sedikit info mengenai Gunung Sindoro.
Gunung Sindara, biasa
disebut Sindoro, atau juga Sundoro (altitudo 3.150 meter di
atas permukaan laut) merupakan sebuah gunung vulkano aktif
yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia,
dengan Temanggung sebagai kota
terdekat. Gunung Sindara terletak berdampingan dengan Gunung
Sumbing.
Kawah yang
disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat
laut ke selatan gunung,
dan yang terbesar disebut Kembang. Sebuah kubah lava kecil
menempati puncak gunung berapi. Sejarah letusan Gunung Sindara yang telah
terjadi sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (letusan freatik).
Hutan di
kawasan Gunung Sundoro mempunyai bertipe hutan
Dipterokarp Bukit, hutan
Dipterokarp Atas, hutan Montane,
dan Hutan Ericaceous atau
hutan gunung.
Antara
November 2011 - 30 Maret 2012. Terjadi semburan asap solfatara di beberapa
tempat pada dinding dan dasar kawah utama. Aktivitas kegempaan juga mengalami
peningkatan sejak bulan November 2011. (Wikipedia)
Perjalan
dimulai jam 16.30 dari Banyumanik, kita menunggu bis jurusan purwokerto via
wonosobo di depan terminal dan melakukan hal bodoh dengan menolak bis tersebut
dan itu membuat kita harus menunggu kira-kira satu jam lagi untuk bis
berikutnya. Tapi, dibalik kesulitan pasti ada keindahan, dan itu kita rasakan saat
melihat sunset dari pinggir jalan di terminal Banyumanik.
Perjalanan
dilanjutkan dengan memakai bus menuju desa Kledung awal jalur pendakian
Kledung, di bus isinya hanya tidur karena lelah menunggu sampai ada pengamen
yang berisik sekali dengan suara lantang menyanyi yang liriknya “kami mengamen
tidak untuk mabuk-mabukan” tapi aromanya ciu (miras khas Solo) ironis sekali.
Tiba di
desa kledung sekitar pukul 22.00, dan suasananya sepi sekali tidak ada orang
diluar satupun dan yang membuat tambah mencekam adalah ada suara musik gamelan
jawa ditengah keheningan desa kaki gunung. Dengan sedikit usaha mencari
akhirnya kami menemukan basecamp pendakian. Seperti biasa kami mendaftar dan
kami tidak langsung naik , tapi menikmati santap malam di pinggir jalan raya
dan ditengah-tengah Gunung Sumbing dan Sindoro, rasanya sungguh nikmat,
percayalah.
Selepas
solat Isya demi keselamatan, kita mulai pendakian pada pukul 23.30. Trek
pertama berupa perkebunan tembakau milik dinas perhutani baru sekitar 1 jam
kita mulai memasuki hutan. Vegetasi awal yang kami temui adalah pinus, tanaman
khas gunung. Tidak ada kesulitan sebenarnya, namun ada sedikit gangguan mistik
yang sempat membuat merinding dan setelah dibahas ternyata hanya suara gesekan
ranting pohon. Sampai sekitar pukul 4 pagi kita sudah mencapai titik lelah dan
lapar jadi kita memutuskan sejenak melepas lelah sambil menikmati kopi-roti
(wedang ora nggenah) dan solat subuh.
Kami lanjutkan
jalan dan sepertinya sudah summit attack, dan yang membuat kesal adalah puncak
bayangan yang banyak. Karena tertipu dua kali jadi kami memutuskan istirahat,
makan dan tidur karena memang ngantuk dan lapar sudah mendera. Sangat terasa
sekali berjalan selama 9 jam, belum sampai, dan tertipu. Menu makan kami adalah
indomie dicampur sarden dan nasi. Alim mencoba membawa makan baru berserat
yaitu agar-agar, namun sayang sekali agar-agarnya tumpah dan hanya tersisa
sedikit dan tentu saja jadi bahan lelucon (lelucon agar-agar). Selepas tidur
sekitar 45 menit kami lanjut jalan dan ditipu puncak bayangan lagi dua kali dan
seharusnya di bagian ini adalah padang edelweis namun sayang sedang tidak
mekar. Baru sekitar pukul 10 kita tiba di puncak Sindoro.
Bagi saya
pemandangan puncaknya baru karena disana ada kawahnya tidak seperti gunung-gunung
yang pernah saya naiki sebelumnya ada kawah mati disana dan juga ada sebuah
tanah lapang yang luas dan datar dan saya kira merupakan tempat ngecamp. Pemandangan
yang paling jelas adalah Gunung Sumbing, terlihat juga Gunung Merbabu dan
Gunung Merapi dibelkangnya. Kami istirahat sejenak di tanah lapang tersebut. Disana
ada pendaki warga sekitar Sindoro dan dua orang pendaki yang sedang berfoto-foto.
Walaupun tengah hari tapi di puncak rasanya tetap saja dingin.
Sekitar
pukul 12 kami memutuskan untuk turun dan berpisah dengan Puncak Sindoro. Untuk turun
gunung dirasa tidak terlalu berat, hanya ada insiden sandal adit sebelah kiri
masuk ke lubang dan tidak bisa diambil. Lalu dia memutuskan untuk menggunakan
sebelah sandal saja sampai akhirnya menemukan sepatu bekas, walau sayang itu
sebelah kanan juga tapi tak apalah daripada nyeker. Jadi bisa dibayangkan
seorang pendaki dengan alas kaki setengah sandal setengah sepatu dan semuanya
kanan. Haha
Selama
diperjalan yang kami pikirkan hanya “sego endog” karena memang kami sangat
lapar sampai akhirnya sekitar pukul 6 sore kami tiba di basecamp dan benar saja
langsung memesan “sego endog” sambil minum teh hangat di rumah warga. Tapi disana
ada teror dari anak si penjual, anaknya perempuan masih TK dan ampun nakalnya
minta maaf. Kami berempat hampir kalah menghadapi teror anak itu. Tapi kami
mengerti kenakalan anak itu hanya karena dia tidak punya teman, ibunya
menyiapkan makan bagi pendaki dan ayahnya melakukan pendataan para pendaki,
kasian dia.
Selepas
isya kami pulang, sambil menunggu bis kami sempat menikmati kopi panas di
warung pinggir jalan seperti malam sebelumnya. Kami menunggu bus cukup lama dan
sempat tidur di pinggir jalan hingga akhirnya pukul 10an bis Semarang baru lewat
dan langsung back to Semarang. Kamipun touchdown pukul 1.00 di terminal
Banyumanik.
Mungkin Berguna
Ongkos :
Bus Semarang - Wonosobo dan sebaliknya : Rp 18.000,- / orang
Bayar Pendakian : Rp 3.000,- /orang
Peta Jalur Pendakian Gunung Sindoro
Menunggu Bus di Depan Terminal Banyumanik, Semarang
Menu Sarapan (mie-sarden-nasi)
Gunung Sumbing dari Puncak Sindoro
Tanah Lapang di Puncak Sindoro
Berpose di Puncak
Pelaku Teror di Warung "Sego-Endog"
Tidur Saat Menunggu Bus