“Dari Mas Fazri, katanya trek Gunung Gede itu seperti di mall.”
Setelah semua beres dan ijin naik sudah clear. Langkah pertama saya,
Didot dan Agung pun dimulai. Jalan cukup ramai, bercampur antara pendaki dan
pelancong biasa yang hanya bertujuan ke Curug Cibeureum.
Karena ada tempat wisata itu juga lah yang menyebabkan fasilitas disana lengkap.
Ternyata benar kata Mas Fazri, trekknya seperi di “mall”. Jalan batu berundak
tersusun sangat rapi. Tanpa usaha keras kecuali mental dan fisik kami hanya
mengikuti jalur yang sudah disediakan. Dari pintu masuk sampai Kandang Badak,
jalurnya terus seperti itu dipayungi pohon-pohon besar. Dimanja sekali para
pendaki.
Telaga Biru dan Orangnya Sama Kerennya :p |
Jalur Cibodas memang terkenal karena banyak checkpoint-checkpoint yang bisa dinikmati. Setidaknya ada Telaga
Biru, Curug Cibeureum, dan Sungai Air Panas yang bisa disinggahi.
Telaga Biru. Telaga yang selalu berwarna biru karena adanya ganggang
biru ini jadi titik pertama yang kami nikmati. Sekitar setengah jam berjalan
dengan jarak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas, kami membasuh badan di parit
kecil yang airnya cukup jernih dan berfoto di Telaga Biru yang terlihat ada
ikan berwarna orange berenang bebas.
Sedikit ke atas lagi, pada ketinggian 1625 mdpl, kami tiba di pertigaan Curug Cibeureum. Kami tidak menyempatkan kesana karena banyak mimpi yang harus kita capai. Di pertigaan ini pelancong biasanya mengakhiri perjalanan mereka. Jadi setelah ini hanya tersisa para summit lovers.
Uap di Sungai Air Panas |
Ternyata trek seperti itu cukup menguras tenaga. Trekknya cukup panjang.
Terakhir saya ke Papandayan hanya berjalan tak lebih dari 3 jam. Didot yang
biasanya kuat pun sedikit tertinggal karena entah kenapa katanya lelahnya
berbeda.
Akhirnya, pelan-pelan, tibalah di Air Panas di titik 2100
mdpl. Mantap sekali tempat ini! Air terjun, lereng curam, dan sungai yang
airnya panas, panas lho bukan hangat, mengeluarkan uap yang keren. Dengan
melangkah di batu-batu yang basah, licin dan sempit, kaki kita disarankan tidak
terlalu lama berada di air karena suhunya mencapai 70o Celcius.
Selepas dari batu, ternyata ada sungai kecil dengan air
mengalir dari atas. Kali ini airnya hangat. Banyak yang sedang mandi disana.
Sebenarnya pengen nyebur juga, tapi penuh sekali, jadilah kami lanjut jalan
lagi.
Dari situ setiap pendaki yang turun selalu memberi info Kandang Badak
penuh dan tidak ada space ngecamp. Wah mulai bingung karena info itu! Kami
hanya berharap bisa, lah, nyempil-nyempil karena cuma satu tenda.
Sebelum Kandang Badak, ada pos camping juga yaitu Kandang Batu. Ternyata
benar, di Kandang Batu penuh sekali seperti pasar. Kebanyakan mereka tidak
kebagian space di Kandang Badak.
Our Bumble Bee |
Dan ternyata info pendaki benar. Berbagai tenda warna-warni sudah
bertengger Kandang Badak. Huh, sempat putus asa mencari tempat! Kandang Badak
sudah seperti pasar, mungkin karena pendakian mau ditutup sampai April 2014. Tapi,
di persimpangan Gunung Gede dan Gunung Pangrango, kami dapat space di bawah
pohon untuk satu tenda. Tenda Bumble Bee
pun akhrinya berdiri disana.
Karena trekknya yang seperti di mall, maka Gunung Gede jadi favorit
pendaki dari Jakarta. Kepenuhan seperti pasar kaget pun tidak bisa dihindarkan.
Julukannya saja gunung keluarga. Banyak pendaki yang datang sekeluarga ke
Gunung yang puncaknya di titik 2958 mdpl ini.
Segala lelah setelah jalan tak kurang dari 5 jam harus terbayar dengan
istirahat total di Kandang Badak sebelum summit
attack pada dini hari nanti.
~Salam Dolan, Cuk~
Gw kira maksud lu seperti pasar itu karena banyak yang jualan nasi uduk sama pop mie waktu subuh :D
BalasHapusHahaha, yang tukang jualan dibahas di postingan lain bro :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus