“Karena bosan setiap ke Yogya pakai motor dari
Semarang selalu lewat Magelang, saya pun memutuskan mencoba rute lain.”
Setalah kereta Tawang Jaya mengakhiri perjalannya di Stasiun Semarang
Poncol, pengalaman baru menuju ujung selatan Kota Yogjakarta dari ujung utara
Kota Semarang pun segera dimulai.
Perbekalan disiapkan untuk pelengkap menu makan malam, 3 butir telur kamu
masak menjadi special untuk dibawa. Packing terakhir dengan membagi barang
bawaan saya lakukan di rumah pacar saya. Terakhir, rain cover hijau dan kuning, kita balutkan ke tas ransel kita
masing-masing. Pamitan, starter motor, kemudian melaju dan memulai cerita yang selalu
akan menguatkan lagi hubungan kita.
Seperti biasa, motor matic biru menjadi saksi cerita kita di perjalan. Motor
yang menemani dari tanggal awal kita memutuskan bersama. Melaju menuju Kota
Ungaran yang jalannya sedang diperbaiki belum mampu menahan laju kita. Karena
agak mengantuk, kita singgah sebentar untuk mengisi energi dan tak lupa si
matic biru. Disana pula kita akhirnya memutuskan untuk mengambil rute berbeda
menuju Yogja tepatnya menuju daerah Gunung Kidul, Wonosari. Kita memilih jalur
Salatiga – Boyolali – Klaten – Yogja. Dengan modal informasi teman dan plang
penujuk arah, Kita pun yakin mencoba jalur tersebut.
Sejuknya jalanan kota di kaki gunung Merbabu, Salatiga, mengiringi
perjalanan kita. Memasuki jalan raya Salatiga-Boyolali, kita harus bersaing
denga bus-bus besar yang menuju arah Solo. Karena hanya bermodal kata “via
Klaten”, maka saat ada plang “Klaten” langsung saja kita ambil jalan itu.
Ternyata jalanan menuju Klaten bukan jalan besar, lebih mirip jalan desa yang sempit
dan hanya cukup untuk 1 mobil masing-masing lajurnya. Baru ingat ternyata teman
saya bilang kita baru ambil jalan Klaten setelah sampai kota Sukoharjo.
Terlajur basah, kita tempuh saja jalanan desa itu yang belakangan saya tahu
namanya Jatinom.
Setelah beristirahat untuk solat dzuhur dan mendapat informasi arah
menuju Yogja, kita langsung tancap gas. Tak berapa lama kita sampai di “peradaban”,
Kota Klaten. Akhirnya ada plang Yogyakarta juga. Kita tembus di Jalan Pemuda
dimana terletak alun-alun Kota Klaten. Jalan seaarah itu merupakan jalan menuju
Jalan Solo – Yogyakarta. Dari Klaten, saya dapat sesuatu tentang KFC. Ternyata
di Klaten tidak ada KFC-nya Kolonel Sander (Kentucky
Fried Chicken), karena di Klaten KFC adalah singkatan dari Klaten Fried
Chicken.
Menyusuri Jalan Pemuda, kita pun akhirnya memasuki jalan raya lebar dan
lurus, Jalan Solo – Yogyakarta. Terus melaju, kita akan melewati Kompleks Candi
Hindu terbesar di Indonesia yaitu candi Prambanan atau Candi Rara Jongrang.
Kompleks Bandara Adi Sucipto pun terlewati. Sampai akhirnya kita mulai memasuki
kota yang pernah menjadi Ibu Kota Republik Indonesia pada tahun 1946,
Yogyakarta. Kota yang akan selalu ngangenin
setelah dikunjung apalagi kali ini kita sebagai “Kita”.
Tanpa basa-basi setelah
melihat plang Wonosari, langsung kita ambil. Terus mengikuti arah itu akhirnya
masuk ke Ring Road Selatan Yogya. Di situ kita kehilangan arah Wonosari karena
setiap perempatan tidak ada yang menunjuk kesana. Alhasil kita terus saja
bablas ke selatan. Akhirnya karena semakin tidak jelas, kita tanya ke orang dan
ternyata benar saja kita kebablasan. Putar balik, dengan hati-hati bertanya ke
banyak orang akhirnya ketemu juga jalan Wonosari yang ternyata di peremaptan
arahnya ada “Kids Park”. Langsung saja karena sudah kesorean, kita ganti haluan
dari yang tadinya ke pantai jadi ke yang lebih dekat yaitu Trekking di Gunung
Api Purba atau Gunung Nglanggeran di desa Nglanggeran Gunung Kidul.
Jalanan desa yang bagus membuat perjalan cukup nyaman dan akhirnya
tibalah di titik awal pendakian kecil Gunung Api Purba yang katanya hanya butuh
waktu 1 jam untuk sampai puncak. Well, inilah titik awal perjalan Gunung Kidul
yang akan Aku dan Kamu lalui 2 hari ini demi menjaga “Kita”.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar