“Batik (Bersih, Aman, Tentram, Indah dan Komunikatif) adalah moto Kota Pekalongan, Jawa Tengah yang menjadi sebab disebut sebagai Kota Batik”
Banyak tempat-tempat yang menjadi
“rumah” bagi kain batik pesisir khas Pekalongan. Kampung batik Pesindon dan
Kauman –salah dua kampung industri batik di Pekalongan, pasar grosir Sentono –pasar grosir penjualan batik, Museum Batik Nasional dengan koleksi kain batik
se-Indonesia-nya, dan yang baru diresmikan tanggal 2 Oktober 2012 yaitu IBC
(International Batik Center) yang merupakan pusat penjualan batik bergaya
modern tapi tetap ada tawar-menawar.
Museum Batik memiliki 3 ruang
pamer dan 1 ruang workshop. Ruang pamer 1 berisi batik-batik pesisiran
(Pekalongan, Cirebon dan Lasem) dan beragam alat untuk membuat batik seperti
canting, kompor, dan berbagai zat pewarna alami dan sintetis. Batik Pekalongan
sendiri menurut mbak-mbak guide-nya
memiliki warna dan motif yang paling variatif dibanding yang lain, tetapi motif
yang umum adalah yang bernuansa pesisir seperti hewan dan tumbuhan laut. Ragam motif
dan warna batik Pekalongan tak lepas dari pengaruh pedagang-pedagang dari Cina,
Arab, dan Belanda yang datang ke Indonesia melalui pelabuhan Pekalongan. Motif
Batik Pekalongan juga selalu mengikuti zaman, seperti saat zaman pendudukan Jepang
di buat batik ‘Jawa Hokokai’ yang motifnya mirip kimono-kimono Jepang. Tapi di
ruangan ini yang menarik perhatian saya adalah Batik Khas Cirebon yaitu Mega Mendung
yang bermotif awan-awan yang mengisi seluruh kain.
Ruang pamer 2 berisi batik-batik dari luar Jawa Tengah seperti batik dari Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. Beragam warna dan motif benar-benar memperkaya kebudayaan Indonesia yang telah diakui UNESCO ini. Batik yang menurut saya menarik adalah batik dari Kalimantan dengan warna kuning-hitam khas dayak
Ruang pamer selanjutnya berisi
batik-batik dari Yogya dan Solo. Batik-batik ini merupakan batik original
keraton dengan warna yang didominasi coklat, putih dan hitam. Batik-batik yang
biasanya hanya dipakai pada acara keraton dan punya makna serta waktu
penggunaan masing-masing. Beragam motif terkenal seperti sidomukti, garuda,
parang rusak barong dan kawung ada di ruangan ini. Selain itu ada juga
batik-batik sumbangan dari tokoh-tokoh nasional seperti batik Pak Habibie dan
Bu Ainun serta Pak Mantan Walikota Pekalongan yang saya lupa namanya. Sayangnya
di semua ruang pamer tidak boleh memotret sembarangan, walaupun saya boleh
masuk tanpa guide tapi tentu saja saya tidak melanggar aturan ini.
Di ruangan workshop kita bisa
mencoba membatik, untuk pelatihan dari awal sampai jadi batik kita dikenakan
biaya sesuai ukuran kain. Paling mahal Rp 65.000,- dengan durasi waktu 2-3 jam.
Tapi yang gratisan juga ada, yaitu hanya membuat pola lalu menempelkan lilin
atau malam di garis pinggir pola tersebut dengan canting tentunya.
Untuk kampung batik Pesindon dan
Kauman letaknya tak jauh dari alun-alun kota. Tapi saya tidak sempat kesana
karena memang tidak ada niat untuk belanja batik.
Kota Pekalongan memang menjadi
salah satu surga pecinta batik di Indonesia. Di sepanjang jalanan kota tersebar
toko-toko dan tempat pengrajin batik karena memang industri batik disini banyak
dipegang oleh UKM. Keragaman dan kemodernan batiknya juga menjadi ciri khas
tersendiri bagi kekayaan budaya Indonesia di mata dunia mewakili batik bergaya
pesisiran.
-- Salam Dolan --
Tidak ada komentar :
Posting Komentar