Berangkat pukul 3.00 pada tanggal
11 febuari 2012 saya bersama teman saya alim menuju Bentang Willem II Ungaran
yang kami jadikan tempat kumpul. Menunggu sekitar 30 menit sambil mengisi perut
di sebuah warung “kucingan” disana.
Kamipun lengkap (saya, alim,
arka, bowo dan mbak putri) sekitar pukul 4.00 dan langsung menuju tujuan kami
yaitu mendaki puncak Gunung Ungaran. Tujuan pertama kami adalah Camp Mawar di
kaki Gunung Ungaran yang merupakan tempat pendataan para pendaki. Kami tiba
disana sekitar pukul 5.30 dan melakukan pendataan, memarkir sepeda motor, dan
melakukan solat maghrib.
Perjalan kami terusakan pada
pukul 18.30 dari Camp Mawar menuju kampung Promasan yang merupakan checkpoint pendaki sebelum melanjutkan
ke puncak Ungaran. Kami berlima menempuh perjalan sekitar 2 jam dengan track yang
tidak terlalu extrim namun licin karena becek. Masalah muncul pertama ketika
saya menggunakan sandal jepit dan hampir terpeleset sebelum kemudian
menggantinya dengan sepatu. Sekitar ¾ perjalan menuju Promasan perut kami
merasa keroncongan dan mulai mengeluarkan makanan yaitu kue bolang-baling dan
cakue yang dingin karena hawa gunung. Cuaca menuju promasan cukup bersahabat
dengan gemerlap bintang dan tatapan anggun rembulan serta pemandangan gemerlap
lampu kota Semarang dan sekitarnya walaupun hujan sempat turun di sela-sela
perjalanan kami.
Kami tiba di promasan pukul 20.30
dan langsung mencari camp kosong disana untuk beristirahat sebelum menuju
puncak pada dini hari, kami melepas lelah ditemani teh hangat dan sajian
pertandingan sepak bola Liverpool kontra M.U yang dimenangkan M.U dengan skor
2-1 di camp bernama Camp Biyung. Selesai beristirahat sejenak kami keluar untuk
mencari makan malam. Makan seadanya dengan sayur buncis dan sebuah gorengan
bakwan terasa nikmat untuk sejenak melupakan hawa dingin Gunung Ungaran. Selesai
makan kamipun berusaha memejamkan mata untuk memulihkan energi untuk menuju
puncak.
Pukul 2.30 dini hari, kami
melanjutkan perjalan. Kami melewati hamparan kebun teh dengan track yang biasa.
Namun masalah timbul saat kami salah arah dan tersesat selama 1,5 jam baru
kemudian menuju jalan yang benar. Harapan kami melihat sunrise di puncak pupus ketika matahari muncul pada setengah
perjalan kami menuju puncak. Salah satu pengalaman pertama yang tak terlupakan
yaitu solat subuh di jalur pendakian beralaskan jas hujan dan berlatarkan
intipan sang matahari. Kamipun tiba di puncak pukul 7.00 setelah melalui jalur
yang agak sulit karena menanjak dan berbatu. Kesan pertamaku di puncak gunung
adalah dingin, kakiku mati rasa karena sepatuku yang basah namun itu semua
terbayar setelah kami menikmati sarapan buatan sendiri dan meminum secangkir
kopi. Menu sarapannya sederhana, hanya dengan nasi yang tidak matang, mie
insatan, dan sarden dicampur telur puyuh dan bakso, namun tempatnyalah yang
bagi saya istimewa (2050 meter diatas permukaan laut). Rasa persaudaraan
benar-benar terasa ketika semua harus berbagi.
Kamipun turun pada pukul 9.00
tanpa kendala dan menuju rumah masing-masing untuk mengenang kebersamaan menuju
puncak gunung ungaran.