“Berkunjung ke museum pasti kita akan disuguhi ‘harta karun’, tak terkecuali ke Museum Nasional Republik Indonesia.”
Dulu waktu SMP (2004)
saya pernah kesini saat study tour.
Tapi dulu selain belum suka jalan-jalan yang ‘belajar-belajar’, bangunan yang
tua dan gelap pun bikin kesan tidak nyaman, dan dulu, sih, pikirannya
bangunannya angker. Tapi sekarang ternyata sama saja. Di hall utama depan pintu masuk ternyata masih seperti dulu. Tapi
sekarang rasanya lain kalau melihat bangunan tua seperti itu, rasanya berasa flashback ke tempo dulu dengan bangunan
Eropa kuno yang klasik. Tapi kontras dengan bangunan tua di hall utama, di sebelah utara ternyata
ada ruang pamer yang modern. Saya cukup terkejut juga pas masuk. Gedungnya pakai
keramik berkesan mewah, dindingnya kaca, tidak gelap, dan ada eskalator dan
lift untuk lantai Ground sampai lantai 4, jauh dari kesan tua dan kuno. Serambi
ini mulai dibangun pada 1996.
Museum tentunya
adalah tempat menyimpan barang-barang yang bernilai tinggi. Disini juga
tentunya. Berbagai benda kuno baik warisan asli atau yang ditemukan di seluruh
wilayah Nusantara terpajang sejumlah sekitar 141.000 buah di museum yang
merupakan museum terbesar se-Asia Tenggara ini.
Nah, ke serambi
kanan kita akan beralih dari kesan kuno ke kesan mall (modern). Disini terdapat 4 lantai yang berisi koleksi yang
berbeda pengelompokannya di setiap lantai. Berturut-turut dari lantai dasar
adalah Manusia dan Lingkungan yang terdiri dari kehidupan manusia Indonesia
dari zaman prasejarah dengan diorama-diorama yang apik. Naik ke atas yaitu Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang terdiri dari peralatan zaman batu hingga Perahu
Pinisi dan pesawat terbangnya Pak Habibie (semua miniatur, ya). Di lantai berikutnya
yaitu Organisasi Sosial yang berisi rumah adat, budaya-budaya masyarakat, dan
kelompok-kelompok yang hidup di masyarakat Indonesia seperti kelompok Bahari
dan Petani.
~ Salam Dolan ~