Tuhan memang
sastrawan,
Dia tulis cerita ini
Dia jadikan kau sumber
yang hanya dapat kurelakan
Dalam setiap kata,
dalam setiap tanda baca, meski kau tetap saja alpa
Dibuatnya sandiwara utuh
bagiku, bukan bagimu
Karena hingga kini,
aku hanya mampu menemuimu mengawang di angan
Tak kutemukan puisi
terindah untukmu
Pun cerpen manapun tuk
mewakili rasaku
Novel setebal apapun tak juga mampu
menjelaskannya padamu
Drama Tuhan tetap membuatmu
merupa rindu tanpa tuju
Menjelma kata tanpa makna
Tuhan memang
sastrawan,
Dia rangkum tiap
jengkal senyummu
Dalam catatan tanpa
aksara
Menyalin tatapmu dalam
sajak-sajak yang lesap, lindap
Membuatmu serupa diksi
dalam tiap-tiap puisi meski tetap saja nisbi
Menjelmakan kau
sebagai nafas cerita
Bekelindan harap dan
khayalku
Bukan,
Tuhan tak hanya
bersastra padamu
Aku pun adalah
karya-Nya
Aku mengerti sekarang,
Tubuhku sendiri
menjelma puisi
Tiap organnya merupa
bait dan inti selnya adalah huruf-huruf yang menyusun fonem
Bersekutu mengeja
rasaku dalam cerpen
Sedang perjalananku
padamu tertulis seperti novel
Tiap babnya menjadi
cerita, tersusun menuju cinta
Pada akhirnya aku
menyadari,
Tak perlu kucari karya
sastra terbaik untukmu
Bahkan jika itu
seindah karya Shakespeare
Atau sepilu kisah Tristan
dan Isolde di Jerman
Akulah karya sastra
itu, yang ditulis sendiri oleh Tuhan
Dan kan kupersembahkan
diriku untukmu
Sebagai karya sastra
milik Tuhan
Bersama
Jakarta-Indramayu, 06 Oktober 2014
Tidak ada komentar :
Posting Komentar