Usia satu tahun bagi manusia adalah saat mulai lucu-lucunya. Pada usia
itu manusia biasanya mulai bisa berjalan tertatih. Kadang terjatuh, lalu
menangis, atau tertawa-tawa. Manusia juga sudah lebih intensif dan responsif
merespon panggilan orang-orang sekitar.
Usia satu tahun pula merupakan sebuah peralihan (bisa jadi disebut
puber) yang paling pertama. Yaitu dari status sebagai bayi, menjadi balita.
Walaupun bersinggungan karena sama-sama masih di bawah 5 tahun, namun balita
lebih bisa menjelaskan bahwa saat itu manusia sudah memulai aktivitas pertamanya
dalam masa orientasi pada lingkungan sekitar dan dunianya.
Begitu juga dengan sebuah galeri yang tahun 2014 ini berulang tahun yang
pertama. Sebuah galeri yang mengangkat seni dan kebudayaan Nusantara ini
bernama Galeri Indonesia Kaya (GIK). Letaknya sangat kontras yaitu di Mall
Grand Indonesia, dimana kompleksnya termasuk kawasan perbelanjaan modern di Ibu
Kota. Barang-barang mewah dan tak sedikit juga yang import begitu kontras
dengan keris, angklung, dan wayang yang menjadi “produk” GIK. Ditambah lagi,
GIK tepatnya berada di depan Blitzmegaplex. Sebuah bioskop yang menjadi tujuan
favorit muda-mudi Jakarta.
Teknologi
Penggunaan Teknologi Augmented Reality |
Namun siapa sangka yang disuguhkan di GIK ini begitu di luar dugaan.
Ternyata GIK ini tahu diri dimana tempatnya berada. Ketradisionalan budaya
Nusantara yang sudah sangat miris popularitasnya di kalangan remaja, terutama yang
memang tidak bergelut di bidang itu, dikemas dengan mengedepankan teknologi
modern menggunakan peralatan-peralatan yang sudah menjadi “pegangan” rata-rata
remaja sekarang. Teknologi seperti touchscreen,
akselerometer, augmented reality,
hingga video mapping digunakan demi
memberikan wadah baru bagi kebudayaan Nusantara yang usianya menuju keudzuran
dan terlupakan. Peremajaan yang begitu
baik ini menjadi sarana yang tepat dalam mengangkat kembali kebudayaan Nusantara
di mata remaja-remaja generasi pewaris.
Ketradisionalan itu disajikan dalam beberapa wahana yang berkonsep permainan.
Ketika pertama masuk, akan ada beberapa layar berisi pasangan wanita dan lelaki
yang memberikan salam. Dan itu berganti sesuai provinsi, lengkap dengan baju
adatnya. Ada Dimas Diajeng dari Jogja, Abang None dari Jakarta, hingga Nyong
Noni dari Sulwesi Utara.
Deretan wayang pun berjajar setelahnya. Ini menggunakan teknologi video mapping yang menampilkan
cerita-cerita pewayangan dan tokoh-tokohnya. Semakin ke dalam beragam wahana nampak
menghias ruangan. Ada yang bernama “Melodi Alunan Daerah” yang berupa layar touchscreen bergambar alat musik
tradisional yang dapat kita mainkan dan berbunyi mendekati aslinya. Ada “Jelajah
Indonesia”, yaitu semacam ensiklopedia buadya dan kesenian daerah tertentu di
Indonesia.
Melodi Alunan Daerah |
Yang menarik perhatian adalah wahana dimana kita berdiri di depan sebuah
layar besar dengan sensor yang dapat mendeteksi gerakan tubuh kita. Kita
menjadi seperti pesawat terbang yang menjelajahi beberapa provinsi di
Indonesia. Dan kita dapat melihat foto serta informasi dari tempat yang kita “singgahi”.
Ruang Publik
Menurut pendirinya, GIK ini bertujuan agar menjadi sebuah ruang publik
bertajuk seni dan budaya. Ruang publik dimana baik budayawan senior maupun yang
baru, penikmat seni (sebutan bagi pengunjung), dan media dapat berkumpul
meikmati keindahan Nusantara yang endemik.
Para pekerja seni dan budaya yang sudah senior dapat memberikan
pelajaran pada yang baru merintis. Komunitas-komunitas seni dan budaya yang
baru dapat memperkenalkan karya-karya mereka. Dan para pengunjung dapat
menikmati dan ikut melestarikan, setidaknya mengingat, seni dan budaya yang
merupakan hasil cipta, rasa, karya dan karsa seniman-seniman Indonesia.
Kontributor yang menghimpun dan men-support
GIK ini berasal dari beragam profesi yang berdedikasi melestarikan kebudayaan.
Mereka berasal dan tersebar di seluruh Nusantara dan menyumbangkan
informasi-informasi tentang bentuk seni dan budaya daerah masing-masing.
Pesta Ulang Tahun
Dan pada acara ulang tahun yang pertama ini. Beragam pertunjukan
disajikan. Dan semuanya gratis namun harus melakukan registrasi dahulu secara
online pada situs www[dot]indonesiakaya[dot]com. Teater, musik, screening film
indonesia, wayang orang, hingga pertunjukan sulap tersaji pada pesta yang
merupakan titik awal mereka akan berperan bagi Indonesia. Peran yang vital
dalam usaha mengembalikan unsur ketiga dari pesan Trisakti Bung Karno. Yaitu Berkepribadian
di Bidang Kebudayaan.
Jelajah Nusantara |
Dengan letak yang relatif strategis, kehadiran GIK dengan segala
cita-citanya dapat menjadi sebuah oase. Oase yang diperuntukan bagi remaja-remaja
yang sudah melupakan bahwa mereka seharusnya merasa gersang ketika mereka ,sebagai
orang Indonesia, masih merasa canggung dan enggan mengenal seni dan budaya
warisan bangsa sendiri.
IndraRama
Jakarta, 23 Oktober 2014
Tidak ada komentar :
Posting Komentar