Sudah empat kali saya
melaksanakan solat tarawih di masjid depan rumah saya di Purwakarta yaitu
masjid Al-kautsar. Masjid ini adalah sebuah masjid kecil yang ada di lingkungan
rumah saya. Namun masjid ini adalah masjid yang bisa dibilang dalam masa
perkembangan dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti kegiatan sekolah Islam
bagi anak-anak di lingkungan sekitar, pengajian-pengajian rutin, pesantren
Ramadhan dan lain-lain dalam rangka membekali jamaah dengan berbagai
pengetahuan keislaman. Masjid ini juga merupakan masjid independen di antara
masjid-masjid di sekitar daerahku dalam artian masjid ini tidak ditunggangi dan
digunakan untuk kampanye golongan tertentu karena di daerahku memang terkenal
sebagai salah satu basis salah satu partai Islam di Indonesia. Selama empat
kali itu pula saya memperhatikan ada hal yang kemudian memunculkan ide untuk
saya tulis di blog ini.
Upaya pengembangan
selain dari kegiatan-kegiatan juga terlihat dari fasilitas-fasilitas yang terus
ditambah seperti hiasan-hiasan, papan pengumuman yang up-to-date, dan yang baru adalah adanya 2 buah pendingin ruangan
(AC). Pemasangan AC ini tentunya bermaksud baik demi kenyamanan jamaah dalam
beribadah. Tapi ada dua hal yang perlu saya garis bawahi. Pertama masalah daya
listrik dari pemasangan AC tersebut. Dulu-dulu sebelum ada AC tersebut saat ada
acara ceramah pada malam hari tidak pernah listrik di masjid ini “anjlok”.
Tetapi beberapa hari kemarin beberapa kali “anjlok” saat solat tarawih
dilaksanakan. Mungkin untuk lebih meningkatkan kenyaman lagi, masalah teknis
tersebut harus dapat teratasi dengan baik.
Satu hal lagi yang saya
perhatikan adalah adanya budaya baru yaitu budaya menutup pintu bahkan saat
solat tarawih sedang berlangsung. Dalam konteks kehidupan modern, memang
anjuran Rasulullah untuk tidak menutup pintu masjid agaknya cukup sulit
dilakukan dengan alasan keamanan fasilitas-fasilitas yang beragam dan relatif
berharga yang terpasang di dalam masjid. Namun hal itu saya rasa tidak berlaku
saat solat berlangsung karena malah memberi kesan “ekonomi-eksekutif” dalam
beribadah dimana jamaah yang didalam secara eksklusif mendapat AC dan yang di
bagian sayap masjid hanya mendapat kipas angin dan angin alam. Sebaiknya saat
solat dan jamaah banyak hingga keluar, pintu masjid tetap dibuka agar menyatu
antara jamaah yang diluar dengan jamaah yang didalam dan tidak ada sekat berupa
pintu dan jendela.
Sekian, semoga
penambahan fasilitas di masjid ini tidak menjadikan istilah “kasta” pada
seluruh jamaah.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar