“Masjid Menara Kudus, merupakan hasil asimilasi sosial antara masyarakat Hindu dan Islam yang didirikan oleh Sunan Kudus pada 1549 Masehi”
Menara Kudus
merupakan salah satu masjid unik di Indonesia dan ada pada brosur “Pesona
Wisata, Belanja, dan Kuliner Jawa Tengah” untuk kategori Historical Building.
Keunikannya terutama terletak pada menaranya yang berbentuk sebuah Candi Hindu.
Masjid yang disebut juga Masjid
Al-Aqsa atau Masjid Al-Manar ini menjadi salah satu bukti
dakwah Islam yang dilakukan oleh Sunan Kudus. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1549 Masehi dengan batu pertama
yaitu batu Baitul Maqdis dari Palestina dan terletak di Desa Kauman, Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah.
Tapi selain
menaranya yang banyak di expose,
bangunan masjid ini juga kental dengan gabungan antara masjid dan pura. Di
bagian luar dan sisi selatan masjid tampak bangunan bertema candi Hindu. Di
bangunan utama masjid berbentuk layaknya masjid pada umumnya.
Didalam ruang utama masjid ini juga terdapat sebuah candi tepat di
tengah-tengah area sholat.
Berangkat bersama pacar saya dari Kota Semarang, kami menyusuri jalan
Demak - Kudus. Memasuki Kota kudus kita akan disambut dengan plang “Kudus Kota
Kretek” dan sudah ada bangunan dengan ciri khas Hindu. Memang Kota Kudus
terkenal dengan industri tembakaunya atau rokok. Perusahaan rokok besar pun
salah satunya ada di kota ini. Untuk sampai ke Masjid Menara Kudus, kita
mengikuti plang yang mengarah ke “Menara Kudus”. Tapi hati-hati, tidak semua
plang di jalan raya benar. Bahkan kita pun sempat nyasar. Jadi lebih baik
bertanya ke orang.
Kita tiba disana sesaat sebelum solat dzuhur. Kesan pertama kita yaitu
kecewa. Kita kecewa karena saat itu menara setinggi 17 meter yang terkenal itu
sedang di perbaiki sehingga tertutup rangka bambu semuanya. Selesai solat dzuhur
berjamaah, kita berkeliling masjid dan saya sempat mengunjungi makam yang ada
di belakang masjid. Komplek pemakaman itu juga tak luput dari perpaduan pura
dan masjid. Disana merupakan makam raja-raja dan pangeran-pangeran masa
pemerintahan Kudus zaman dulu. Yang paling besar dan banyak dikelilingi
orang-orang ziarah adalah makam Sunan Kudus. Makamnya ditutupi kain putih dengan
renda seperti kelambu. Pengunjung
banyak yang berdoa dan membaca Yasin dan Al-Qur’an disana. Saya juga ikut
menghargai dengan membaca Yasin juga.
Di sekitar masjid banyak penjual oleh-oleh khas Kudus, yaitu Jenang.
Harga disana pun tidak jauh beda, bahkan ada yang lebih murah, dibandingkan
toko oleh-oleh di pusat Kota Kudus. Sebenarnya masih ada destinasi yang ingin
kita kunjungi di Kudus, yaitu Museum Kretek. Tapi karena waktu tidak
memungkinkan, ya sudah, kita kembali ke Semarang setelah membeli oleh-oleh di
Toko Sinar 33 Jalan Sunan Muria No. 33.
Halaman Depan Masjid seperti Pura Hindu |
Tidak ada komentar :
Posting Komentar