“Mirip-mirip sih kedua kata itu, tapi bukan kemiripan katanya yang disoroti, melainkan bagaimana bisa museum menyediakan “fasilitas” mesum ?”
Tidak ada niat untuk menjatuhkan sama sekali, tapi memang ini yang saya lihat ketika saya berkunjung ke Museum Bank Mandiri, masih di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat dan masih dalam misi keliling museum di Jakarta. Museum ini berisi sejarah dari salah satu Bank Swasta yang terkenal di Indonesia saat ini, yaitu Bank Mandiri. Saya juga pernah jadi nasabah disini karena ATM-nya ting telecek (ada dimana-mana).
Karena hanya bermaksud berkeliling dan sekedar melihat-lihat, jadi saya tidak terlalu membaca penjelasan dari tiap-tiap yang dipajang. Untuk dapat akses masuk, saya cukup membayar 5000 rupiah (harga normal museum di Jakarta). Kalau nasabahnya gratis, lho, dengan menunjukan kartu ATM.
Di belakang loket adalah ruangan luas tanpa sekat dimana terpajang peralatan perbankan dari masa ke masa. Mulai dari sebelah kiri, ada mesin hitung manual (sempoa), mesin potong, mesin ketik, dan foto copy. Terus bergeser ke arah kanan, semakin modern peralatannya karena sudah dipajang peralatan bebasis komputer. Yang saya heran kenapa dipajang juga motherboard, hardisk, RAM dan lain-lain.
Selain peralatan ada juga pegawai-pegawai yang dikutuk menjadi patung lilin. Hehehe. Dengan berbagai pose dan mimik wajah, mereka seakan melayani pengunjung. Ada juga foto-foto dan maket gedung ini serta patung Dewa Hermes. Dewa perdagangan dalam mitologi Yunani.