“Sebenarnya ini karena memang konsep museumnya yang kuno atau karena tidak ada perhatian buat pembenahan”
Saya tidak tahu
padahal wayang merupakan warisan budaya (walaupun bukan asli) yang penuh dengan
falsafah hidup. Tapi kenapa wadahnya tidak dibuat menyatu dengan perkembangan
zaman. Padahal budaya itu kan sesuatu yang bergerak, jadi terus berkembang
tanpa mengurangi nilai historis dan kekhasannya. Ya, Museum Wayang (MW) di
kawasan Kota Tua Jakarta Barat yang mamajang (hanya memajang) berbagai wayang (boneka). Selain wayang-wayang dari Indonesia, MW juga
memajang boneka-boneka
India, Cina, Eropa dan ada ondel-ondel
juga. Boneka-boneka disini hanya ditaruh di dalam etalase kaca dengan sedikit
penjelasan yang tidak terarah dan tidak
tertata rapi.
MW terdiri dari 2
lantai dimana lantai pertama adalah ticketing
dengan beberapa wayang golek. Di lantai satu hanya ada satu lorong dan di ujung lorong ada
tangga kayu menuju lantai 2. Di pengujung tangga ada lukisan kaca bergambar
perang Baratayuda namun tanpa penjelasan apa-apa. Jadi hanya sedikit yang
menyimpulkan itu.
Lantai 2 memajang
beragam wayang. Ada cerita singkat yang menggambarkan kelahiran Gatotkaca yang
merupakan putra Bima dengan Ratu Raksasa, Dewi Arimbi. Ceritanya bersambung
pada masing-masing etalase tapi hanya diurutkan berdasarkan nomer dan kita
tidak dibawa hanyut merasakannya karena etalasenya pun tidak disusun berurutan.
Selain itu ada cerita lepas dengan adegan-adegannya, tapi sayangnya tidak
dijelaskan dimana posisi tokoh. Jadi kita tidak tahu mana Arjuna, mana Durna,
dan mana Abimanyu pada cerita pembunuhan Abimanyu yang menyulut kemarahan sang
ayah Arjuna. Dan pada ujung lantai 2 ada beragam boneka dari luar negeri, kaligrafi bergambar, dan
topeng-topeng dari beragam daerah di Indonesia. Ada juga satu set gamelan.
Padahal wayang jika
digali maknanya dan disajikan dengan apik bisa menambah pengetahuan tentang
kearifan, budi pekerti dan sifat satria para tokoh wayang seperti yang
digambarkan oleh tokoh-tokoh pandawa 6 (Pandawa 5 plus 1 sulung Pandawa Adipati
Karna). Sayangnya belum tersaji baik di Museum Wayang ini, sehingga keluar dari
sana tidak ada sesuatu yang benar-benar menempel selain kusamnya lantai Museum.
Tapi 1 hal yang menarik, disana rutin ada pertunjukan
wayang setiap hari Minggu di ruang pertunjukan dekat souvenir shop dan pintu
keluar. Tentu itu wajib adanya karena wayang sejatinya adalah seni pentas. Tapi
yang menjadi pertanyaan kenapa tidak ada wayang orang yang dipajang disana ya ?
Hehehe
Tidak ada komentar :
Posting Komentar