Sebuah laporan mengenai pemilu sampai ke meja Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu). Laporan itu membuat geger mereka sehingga divisi khusus paling
rahasia yang bertugas menginvestigasi kasus-kasus pemilu tingkat super harus
turun gunung untuk kasus ini.
Laporan awal yang datang adalah suara dari TPS 666 yang masuk hanya
sepuluh persen dari warga yang terdaftar. Sisanya tidak hadir saat hari
pencoblosan.
Beberapa jam setelah divisi yang menamai dirinya “Detektif Pilu” itu
menerima kasus ini, mereka langsung bekerja mengerahkan orang-orang terbaiknya.
Mereka menganalisis data dan TPS. Kemudian mereka menarik kesimpulan bahwa TPS
itu fiktif. Tapi laporan itu tidak fiktif karena resmi disampaikan KPPS
setempat.
Detektif Pilu yang terdiri dari orang-orang hebat itu pun meluncur ke
TKP. Dari kejauhan ternyata benar ada TPS tersebut. Tapi letaknya tepat di
tengah-tengah kuburan.
Mereka langsung menuju TPS yang tampak sepi itu. Di sepanjang jalan
melewati nisan-nisan, mereka mulai curiga ada yang tidak beres. Nama yang ada
di nisan-nisan itu cocok semua dengan daftar pemilih yang terdaftar disana.
Ternyata berdasarkan hasil penyelidikan, yang terdaftar di TPS itu memang sudah
meninggal semua.
“Kalau semua meninggal termasuk KPPS-nya, terus suara sepuluh persen dan
yang melaporkan kasus ini siapa?” Tanya salah satu anggota dengan ketakutan di
wajahnya.
******
(Menang Lomba Cerita Mini (CERMIN) Bentang Pustaka dengan tema Politik-Golput edisi Sabtu, 26 April 2014)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar