Makan Mercon |
Alternatif selanjutnya adalah oseng-oseng mercon di Jalan KH Ahmad Dahlan. Oseng-oseng mercon bukan berarti mercon atau petasan yang dimasak ya. Ini adalah daging sapi yang ditumis atau dioseng-oseng dengan cabai yang sepertinya lebih banyak daripada dagingnya. Rasanya benar-benar membuat mulut meledak dan ngantuk karena lelah pun hilang sesaat. Pedas, gila! Saya pertama kali mencoba ini. Menurut saya pedasnya enak dan mantap. Walaupun pedas, tapi bikin kita tidak berhenti. Satu pertanyaan saya, kalau cabai mahal seperti sekarang apa masih sepedas itu? Dan pedasnya dari apa?
Pengamen Keren |
Kepedasannya menjadi tambah nikmat ditambah cah kangkung yang sedap. Ada juga hiburan dari pengamen Jogja yang kreatif dan anti-mainstream. Gayanya santai. Dia membawa gitar akustik-elektrik dengan amplifier mini di sabuknya dan membawa stand lyric. Dia membawakan lagu-lagu gitar klasik maupun lagu popular namun dibuat petikan klasik. Saat di meja kita, dia membawakan lagu Queen – Love of My Life dengan petikan. Harmoni sekali.
Perut kenyang, saatnya tidur. Tapi dimana, tempat menginap belum pasti. Sewa penginapan terbentur dana. Maka pilihannya adalah berbagi pahala pada teman. Sederhananya menumpang di tempat teman secara gratis. Karena teman yang baik akan mendapat pahala. He-he-he. Akhirnya, kita menginap di kos-kosan teman SMA saya di daerah UGM.
Malam itu semua perjalanan berakhir dengan ucapan “selamat tidur”.
indrarama
8 Desember 2015, 15:27
Terima kasih, mungkin di luar sana banyak :)
BalasHapus