Pantai Jogan |
Pagi itu matahari bersinar cerah. Secerah tujuan kita mengunjungi rumah Nyi Roro Kidul di pantai selatan. Jalanan lancar, tidak macet. Rute ke Gunung Kidul pun kita sudah hafal. Jadi nyaris tanpa hambatan untuk sampai kesana. Hanya saat ditengah jalan menuju pantai Siung, tiba-tiba ada ular yang saya kira retakan jalan. Untung saja ular tersebut tidak berlari ke arah motor kita. Bisa repot.
Pantai Siung adalah salah satu dari deretan pantai-pantai indah di daerah Gunung Kidul, Wonosari, Jogjakarta. Jika kita masuk ke areal Pantai Siung, kita akan dapat tiga pantai. Pantai Jogan, Pantai Siung, dan satunya saya lupa. Karena letaknya paling luar, maka kita ke pantai Jogan terlebih dahulu.
Pantai Jogan sebenarnya bukan pantai, melainkan bukit dengan air terjun kecil yang jatuh ke laut. Mungkin karena itu dinamakan Jogan, dari kata “grojogan”. Artinya air yang jatuh. Tidak banyak yang kita lakukan disana selain berfoto dan melepas lelah sejenak. Posisi kita akan berada di atas bukit itu dan lautnya berada di bawah dengan batu karang yang terhantam ombak. Beberapa orang ada yang turun ke belakang air terjun untuk berfoto. Tapi kita takut. Hanya melihat sambil membayangkan kalau mereka terjebak ombak yang besar dan membuat kerjaan baru disana. He-he-he.
Ekspresif |
Pantai Siung bisa dibilang bagus. Masih putih pasirnya dan relatif bersih. Fasilitas juga lengkap. Di kedua ujungnya ada bukit. Banyak yang berfoto disana. Namun karena waktu, maka kita hanya akan berada di pantai dan bermain air.
Saya jadi juru foto buat Winda. Dia main air, saya memfoto semua ekspresinya. Hasilnya, foto-foto penuh ekspresi natural. Tapi saya juga tak mau ketinggalan basah. Masa ke pantai tapi tidak merasakan pasir yang masuk sampai ke calana dalam. Bukan ke pantai namanya.
Waktu memang fana, kita abadi. Itulah kata penyair Sapardi Djoko Damono. Ya memang benar, tahu-tahu jarum jam sudah ada di angka 1. Artinya kita harus pulang. Enggan rasanya, karena belum sempat bersantai dan menikmati ombak dengan tenang. Tapi bagaimana lagi, liburan pasti akan usai. Saya yakin jika ada film “Stand by Me, Liburan” pasti akan lebih sedih daripada “Stand by Me, Doraemon”. Selamat tinggal Jogja dan ceritanya.
Perjalanan Wonosari-Solo cukup melelahkan. Dengan sisa-sisa tenaga ditambah hujan yang kali ini sengat deras terasa menambah lelah perjalanan. Apalagi dengan perasaan takut telat karena bis saya akan berangkat jam setengah 6 dari Solo.
Ha-ha-ha. Lucu. |
Dan sore itu, kita harus berpisah mengakhiri cerita kita. Tapi tidak berakhir, karena akan ada cerita-cerita lain lagi di lain waktu. Karena perjalanan adalah cerita, dan cerita adalah cara mengabadikan perjalanan.
indrarama
8 January 2015, 17:27
Tidak ada komentar :
Posting Komentar