Cokelat, biru, putih, hijau.
Wajah laut berbagai warna memantulkan keindahan.
Dudukku terpaku.
Mataku tak beranjak.
Dari jendela kereta api,
kusapu pandanganku
menuju laut dan mengitarinya.
Luas, hanya terbatas bumi yang bulat
dan laju kereta yang semakin menjauh.
Laut, disana.
Petani garam menantang matahari,
mengasini masakan dicampur keringat.
Pemancing ikan murung tak dapat ikan.
Terang saja, karena kail mereka tak berumpan.
Sejoli pacaran di bawah pohon rindang,
sementara pohon gersang menanti kekasih
Laut, disana.
Kuli rel kereta api beradu dengan kerasnya baja
dan batu.
Memunggungi laut di balik bukit gundul rawan
longsor.
Malamnya, jerit nelayan memecah karang.
Stok solar mereka tak mampu lagi menghalau
ombak.
Kekeh camar pun terdengar sarkas di atas kepala.
Laut, disana.
Aku hanya bisa melihat
tanpa bisa menjamah.
Seperti aku yang belum bisa menjamah-Mu.
Dan Anda yang masih enggan menjamah mereka.
IndraRama
K.A. Menoreh, 1 Mei
2014
Tidak ada komentar :
Posting Komentar