Rabu, 14 November 2012

Potret Kehidupan di Rangkaian KA-281


Jalur 3 KA-281 tujuan akhir stasiun Jakarta Kota segera diberangkatkan kembali ...

Itulah sepenggal kalimat petugas stasiun kereta api (KA) yang menginstruksikan bahwa kereta segera berangkat. Kalimat-kalimat sejenis itu menjadi sering saya dengar sebulan terakhir ini. Ya, selama sebulan saya bermain (masih tetap istilah untuk bekerja) di Ibu Kota, seminggu sekali saya pulang pergi Jakarta-Purwakarta dan seringnya menggunakan KA-281 atau KA lokal Jakarta Kota - Purwakarta.


KA-281
KA-281 ini saya sebut “kereta rakyat” karena harganya yang relatif murah, hanya 3.000 rupiah, jika dibandingkan dengan bus jurusan Purwakarta yang harganya sekitar 5 kali lipatnya. Namun, tentu harga tidak pernah bohong (kecuali ketipu orang), fasilitas dan lama perjalanannya setimpal dengan harganya. Kereta ini berhenti hampir di semua stasiun yang dilewati yaitu Jakarta Kota - Kemayoran - Ps. Senin - Jatinegara - Bekasi - Tambun - Cikarang -Lemah Abang - Kedung Gedeh - Karawang - Klari - Kosambi - Dawuan - Cikampek - Cibungur - Sadang - Purwakarta  dan itu berdampak pada waktu tempuh yang jadi relatif lama sekitar 2,5 - 4 jam, belum lagi karena kereta ‘kasta bawah’ maka kereta ini harus mengalah jika ada kereta-kereta lain yang mau menyusul. Selain jarak tempuh, fasilitasnya pun begitu, tidak ada batasan penumpang dan nomor tempat duduk membuat penumpang penuh sesak, kotor, pedagang berlalu lalang tanpa henti, dan hawa menjadi panas apalagi untuk bayi pasti tidak betah. Seperti lagunya Alm. Franky and Jane “penumpang penuh bayi-bayi menangis, penjual makanan selalu berteriak .... “ ditambah banyaknya yang merokok menambah kesumpekan suasana. Dari segi fisik kereta sendiri tidak jauh beda dengan kereta ekonomi biasa, namun ada beberapa gerbong dengan bangku plastik, dan fasilitas seperti meja, kamar mandi, blower, bahkan kursi ada beberapa yang rusak.

Tetapi, dibalik semua itu ada segelintir orang yang menggantungkan hidupnya dari kesemrawutan tersebut. Disinilah saya tertarik untuk melihat hal-hal menarik terutama pedagang dan ‘pengusaha’ lainnya yang ada di KA-281. Mulai dari orang-orang kreatif, sotoy, hard worker, dan lain-lain ada di KA-281 yang mungkin tidak ditemui di sarana transportasi lain yang kastanya tinggi.

Pedagang Kreatif dengan Pengeras Suara
Di KA-281 ini ada sekelompok anak muda musisi kereta yang menurut saya kreatif, mereka beranggotakan 5 atau 6 orang dengan alat musik gitar, ketipung, calung, dan yang menarik mereka menggunakan keyboard. Mereka juga tidak asal nyanyi tapi sudah cukup bisa dibilang ‘oke’ dengan adanya paduan backing vocal. Selain mereka ada juga penjual rokok, tissue, permen yang tak kalah kreatif. Dia tidak pernah teriak-teriak menjajakan dagangannya tapi dia menggunakan pengeras suara yang berisi rekaman suara dalam menjajakan dagangannya. Jadi, dia hanya jalan sambil menenteng pengeras suara itu. Keren. hehe. Tapi ada juga musisi-musisi yang sotoy, mereka sepertinya preman-preman yang asal meminta uang saja padahal tidak tahu mereka menyajikan apa.

Pedagang Buah
Dari sisi kreatif, kita beralih ke orang-orang yang memiliki semangat juang tinggi dalam menyambung hidup. Ada seorang kakek-kakek tunanetra yang rela berjalan mondar-mandir di sesaknya kereta demi uang-uang recehan. Beberapa musisi juga ada yang menderita kekurangan fisik, mereka bermodalkan tape dan microphone seperti karaoke. Ada juga penjual buah-buahan dan minuman yang harus membawa beban berat di tengah kereta yang sesak demi menjemput rizki yang yang di telah tetapkan Tuhannya dan tak jarang mereka jadi bulan-bulanan mulut ibu-ibu. Dan terakhir, ada anak-anak usia bermain yang sudah harus bertanggung jawab akan hidupnya sendiri bahkan mungkin hidup keluarganya. Mereka ada yang memberi amplop kosong berharap pada penumpang untuk mengisinya, menemani orang tuanya, dan menjadi tukang sapu demi hidupnya hari itu.

Selain hal-hal diatas, yang lainnya ada juga pedagang mainan yang kadang bikin anak-anak kecil menangis. Karena biasanya dia promosi di depan anak-anak namun disisi lain orang tua si anak itu tidak berminat membelikan, yah, terjadilah pertumpahan air mata disertai teriakan si anak. hehe. Lainnya lagi yaitu para smoker. Diantara para smoker yang ada di dalam KA, ada satu smoker yang ingin saya sorot, dia adalah kondektur KA-281 yang asik-asik merokok di tengah-tengah penumpang usai memeriksa tiket padahal tulisan dilarang merokok jelas sekali di tiap gerbong. Jadi, wajar saja kalau penumpang lain juga ikut-ikutan.hehe

Well, Itulah sepenggal pengamatan saya pada orang-orang dan fasilitas dalam setiap perjalanan mudik saya menggunakan KA Lokal Jakarta - Purwakarta. Dalam setiap alat transportasi pasti ada cerita-cerita tersendiri hanya tinggal bagaimana kita menikmati cerita-cerita tersebut. Selamat Membaca.

Fasilitas Meja Kereta yang Rusak

"Israel" - Istana Sisi Rel Jakarta Ps. Senen

From Train's Window