Sabtu, 26 Juli 2014

Berkepribadian di Bidang Kebudayaan

google.com
Indonesia adalah negara yang berdiri melalui berbagai macam fase perjuangan. Perjuangan itu masih dan akan selalu ada dalam setiap kehidupan negeri ini. Itu akan baik selama didasari oleh sesuatu yang baik untuk menuju sebuah kebaikan. Dalam mencapai Indonesia yang utuh, berbagai bentuk perjuangan baik otot maupun otak, baik angkat senjata maupun angkat bicara terjadi. Yang berada di sektor otot akan berakhir sebagai “pahlawan tak dikenal”, tapi yang menggunakan ilmunya akan mewariskan konsep-konsep sebagai karya pemikiran untuk seluruh generasi mendatang.

Salah satu yang banyak melahirkan karya pemikiran adalah Ir. Soekarno. Namanya sudah tidak asing baik di dalam maupun di luar negeri dalam menggetarkan semangat perjuangan pada bangsa-bangsa tertindas (Asia dan Afrika) melalui karya pemikirannya. Ditambah kemampuannya berpidato, beliau dengan segala kontroversi dalam pemerintahannya, menjadi sosok pembangun Tanah Air lewat karya pemikiran yang relevan bagi generasi sekarang.

Trisakti

Selain pencetus Pancasila yang menjadi “kiblat” bangsa Indonesia dan membacakan teks proklamasi yang menjadi titik awal Indonesia sebagai bangsa merdeka secara de facto, banyak karya pemikiran lain yang dicetuskan beliau. Secara khusus berlaku sebagai bahan bakar perjalanan bangsa dan secara umum menginspirasi dunia internasional.

Dalam pidato beliau tahun 1964 yang isinya tentang “Ganyang Malaysia” beliau dengan tegas berkata: “… Republik Indonesia tegas mengeluarkan konsepsi. Pancasila, Manipol Usdek, Berdikari, Trisakti, Nasakom…”.

Kamis, 24 Juli 2014

Keroncong Untuk Istriku

“Es teh manis wae sek, Mas,” kataku saat masuk ke warung ini. Sayang kalau aku harus memesan menu utama tapi kamu belum juga datang. Sampai hari dan detik ini, kamu masih belum berubah. Kamu selalu saja datang terlambat. Membuatku selalu menunggu, sampai aku menganggap menunggu adalah salah satu agenda pada setiap kita ketemuan.


Di warung dan meja yang sama, aku selalu menunggumu. Jika mejanya sedang dipakai orang, aku akan duduk di meja sembarang sampai orang itu pergi kemudian aku pindah. Jika kamu sudah datang dan kita sudah mulai makan, kita tidak pernah menghabiskannya sebelum pindah ke meja itu. Meja nomer 4, meja pertama kali aku menunggumu.

Setelah itu selalu saja aku yang datang duluan. Walau aku pernah juga terlambat, tapi tak ada apa-apanya dibandingkan kamu. Terkadang aku merasa lucu, kenapa aku rela menunggu demi bertemu kamu. Padahal sering sekali hanya untuk ngobrol hal-hal yang tidak begitu penting. Walaupun tak jarang juga jadi sesi curhat. Semua emosi di meja itu selalu bisa menghapuskan rasa kesal karena menunggu. Menunggu kamu adalah kegiatan tanpa alasan dan tujuan –bahkan tidak menyenangkan– yang selalu aku lakukan tanpa memikirkan semua itu.

Alasan aku selalu rela menunggu adalah kali pertama aku bertemu kamu. Dan saat itu juga kamu membuatku seolah sedang menunggu seseorang. Padahal saat itu aku tidak kenal bahkan aku tidak tahu ada manusia seindah kamu di bumi ini.