Senin, 25 Agustus 2014

Tentang Teratai

Hancur sudah niatku untuk menyudahi perasaan cinta ini. Melebur lagi menjadi udara, yang hanya bisa dirasakan tanpa pernah bisa aku sentuh. Cinta yang ideal dari buku-buku filsafat yang sudah hampir lima tahun fisiknya berserakan di kamarku dan isinya berserakan di otakku. Menjejali otak dengan segala hal tentang cinta ideal yang tidak kunjung berani kusampaikan pada siapapun. Bahkan pada tokoh yang aku jadikan sebagai pembangun cinta ideal itu di otakku. Buku-buku itu menyebutnya sebagai cinta platonis. 

Plato menyatakan gagasannya bahwa kehidupan paling indah adalah khayalan. Dalam pikiran, itulah tempat paling ideal untuk menumbuhkan sebuah hidup yang ideal pula untuk menuju kehidupan utopis. Begitu pula dengan cinta, baginya cinta yang sudah dinyatakan adalah cinta yang tidak ideal. Karena dengan cinta melebur ke dunia nyata, maka aturan main tentang cinta harus kita patuhi. Tak akan bisa lagi kita merancang segala kisah cinta kita sesuai semua yang kita kehendaki. Kenyataan, itulah batasannya.

Benar sekali apa yang dia katakan, aku menjalaninya hingga saat ini. Sekarang, saat aku mencoba meninggalkan konsepnya, aku harus menghadapi kenyataan melihatmu benar-benar telah menjadi sebuah bunga teratai.

Selasa, 19 Agustus 2014

Evolusi atau Revolusi

Dirgahayu Indonesia.

Masih dalam suasana hari kemerdekaan. Tahun ini adalah ke-69 kalinya Indonesia merayakan ulang tahunnya. Tahun ke-69 pula pembacaan teks proklamasi di Istana Negara dikumandangkan dalam upacara bendera yang sakral. Dan ke-69 tahun pula segala masalah, prestasi, serta semua langkah perjalan bangsa sudah berlangsung. Setidaknya secara matematis angka 69 itulah kita sebut sebagai usia bangsa ini.

google.com
Namun, bangsa Indonesia sebenarnya telah terbentuk jauh sebelum itu. Pada abad ke-13 di dalam kitab Negarakertagama pada masa kerajaan Majapahit, kata “Nusantara” pertama kali muncul. Nusantara tersebut meliputi pulau-pulau yang sekarang menjadi wilayah Indonseia dari Sabang sampai Merauke. Pulau yang sekarang bernama Sumatra, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan Maluku, serta Papua Barat disebut dalam kitab itu sebagai daerah yang berhasi dikuasai kerajaan Hindu-Budha itu. Kitab itu membuktikan bahwa sejatinya sistem negara Indonesia lengkap dengan kulturnya, atau pada zaman dulu adalah kerajaan, sudah terbentuk jauh sebelum angka yang kita peringati.

Melalui gerakan-gerakan revolusioner, akhirnya bangsa Indonesia berhasil menyatakan dirinya sebagai negara merdeka melalui teks pernyataan yang dibacakan oleh Bung Karno. Hal tersebut adalah pengertian kecil dari konsep kemerdekaan. Dan peringatan HUT-RI pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah tanda bahwa bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan sendiri untuk mengatur negaranya tanpa ada campur tangan bangsa lain.

Jumat, 15 Agustus 2014

Peluru dan Sahabat

Aku tahu itu kau. Aku juga tahu kalau ini akan tiba. Hari saat kau akan datang lagi menemuiku. Setelah berita tentang aku dan kelompoku, kelompokmu juga tentunya dulu, tersiar di berbagai media, aku sudah merasa kalau kita akan bertemu lagi. Tak sekedar meramalkan pertemuan, bahkan aku sudah bisa menebak sorot mata seperti apa yang akan menyertaimu saat menemuiku. Dan hari ini, aku tahu itu kau, yang berjalan melewati pintu depan rumah yang baru aku beli tiga bulan lalu dan sekarang menjadi markas baru kami. Ah, firasat sahabatmu ini benar. Aku lihat kau memang membawa serta sorot mata itu, yang aku namai sorot mata harimau.

Entah kau sengaja atau tidak. Tapi hari ini adalah hari saat pertama kau menemuiku. Enam belas tahun lalu. Saat itu aku pertama kali menemukan sorot mata yang mengerikan seperti itu. Penuh dendam, darah, kegelapan namun sekaligus cahaya kebenaran. Jujur saja, aku sedikit percaya bahwa Tuhan itu memang ada setelah menatap matamu lebih dalam. 

Sejak ayahku pamit ke tempat ibadah dan hingga kini tak pernah kembali, aku hanya menganggap rumah ibadah hanyalah bangunan yang lebih luas dari rumahku. Dan Tuhan, ah, hanya dongeng rekaan sama halnya dengan keadilan.