Kamis, 20 Juni 2013

Beragam Corak di Kota Batik

“Batik (Bersih, Aman, Tentram, Indah dan Komunikatif) adalah moto Kota Pekalongan, Jawa Tengah yang menjadi sebab disebut sebagai Kota Batik”

Kota Pekalongan (selanjutnya disebut Pekalongan) adalah kota di Pantura Jawa Tengah yang merupakan jalur utama Jakarta-Semarang-Surabaya. Pekalongan berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di Timur dan Kabupaten Pekalongan di Barat dan Selatan. Pekalongan terkenal dengan industri batik yang memiliki corak dan warna yang beragam yang disebut batik pesisiran. Batik Pekalongan juga banyak dijual di daerah-daerah yang masih menganut pakem batik keraton seperti Jogja dan Surakarta.

Banyak tempat-tempat yang menjadi “rumah” bagi kain batik pesisir khas Pekalongan. Kampung batik Pesindon dan Kauman –salah dua kampung industri batik di Pekalongan, pasar grosir Sentono –pasar grosir penjualan batik, Museum Batik Nasional dengan koleksi kain batik se-Indonesia-nya, dan yang baru diresmikan tanggal 2 Oktober 2012 yaitu IBC (International Batik Center) yang merupakan pusat penjualan batik bergaya modern tapi tetap ada tawar-menawar.

Saya pastinya mengunjungi Museum Batik Nasional. Letaknya di Jl. Jetayu No. 10 di belakang taman dengan tulisan B-A-T-I-K yang bermotif batik pada masing-masing hurufnya. Disana kita bisa melihat 1.089 koleksi kain batik dari seluruh Indonesia dan alat-alat untuk membatik. Kita juga dapat mengikuti kursus singkat disana, dimana ada yang gratis dan ada yang harus membayar lagi. Selain itu, karena pengunjungnya cukup sepi maka setiap rombongan akan dipandu oleh seorang guide yang akan menjelaskan secara umum isi dari museum. Harga tiket masuk cukup Rp 5.000,-

Museum Batik memiliki 3 ruang pamer dan 1 ruang workshop. Ruang pamer 1 berisi batik-batik pesisiran (Pekalongan, Cirebon dan Lasem) dan beragam alat untuk membuat batik seperti canting, kompor, dan berbagai zat pewarna alami dan sintetis. Batik Pekalongan sendiri menurut mbak-mbak guide-nya memiliki warna dan motif yang paling variatif dibanding yang lain, tetapi motif yang umum adalah yang bernuansa pesisir seperti hewan dan tumbuhan laut. Ragam motif dan warna batik Pekalongan tak lepas dari pengaruh pedagang-pedagang dari Cina, Arab, dan Belanda yang datang ke Indonesia melalui pelabuhan Pekalongan. Motif Batik Pekalongan juga selalu mengikuti zaman, seperti saat zaman pendudukan Jepang di buat batik ‘Jawa Hokokai’ yang motifnya mirip kimono-kimono Jepang. Tapi di ruangan ini yang menarik perhatian saya adalah Batik Khas Cirebon yaitu Mega Mendung yang bermotif awan-awan yang mengisi seluruh kain.

Ruang pamer 2 berisi batik-batik dari luar Jawa Tengah seperti batik dari Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. Beragam warna dan motif benar-benar memperkaya kebudayaan Indonesia yang telah diakui UNESCO ini. Batik yang menurut saya menarik adalah batik dari Kalimantan dengan warna kuning-hitam khas dayak

Ruang pamer selanjutnya berisi batik-batik dari Yogya dan Solo. Batik-batik ini merupakan batik original keraton dengan warna yang didominasi coklat, putih dan hitam. Batik-batik yang biasanya hanya dipakai pada acara keraton dan punya makna serta waktu penggunaan masing-masing. Beragam motif terkenal seperti sidomukti, garuda, parang rusak barong dan kawung ada di ruangan ini. Selain itu ada juga batik-batik sumbangan dari tokoh-tokoh nasional seperti batik Pak Habibie dan Bu Ainun serta Pak Mantan Walikota Pekalongan yang saya lupa namanya. Sayangnya di semua ruang pamer tidak boleh memotret sembarangan, walaupun saya boleh masuk tanpa guide tapi tentu saja saya tidak melanggar aturan ini.

Di ruangan workshop kita bisa mencoba membatik, untuk pelatihan dari awal sampai jadi batik kita dikenakan biaya sesuai ukuran kain. Paling mahal Rp 65.000,- dengan durasi waktu 2-3 jam. Tapi yang gratisan juga ada, yaitu hanya membuat pola lalu menempelkan lilin atau malam di garis pinggir pola tersebut dengan canting tentunya.

Setelah “sekolah” singkat batik di Museum Batik Nasional, saya mengunjungi IBC yang terletak di Daerah Wiradesa. Gapuranya berhias canting berukuran 6m dan wajan berdiameter 6m dengan tulisan IBC. Disana berisi kios-kios batik dengan berbagai kualitas dan harga. Kita tinggal pilih saja sesuai selera dan kantong. Batik-batik motif lama sampai batik gaul dan pernak-pernik bermotif batik ada disana. Pokoknya tempatnya batik banget dah! Disana ada pendopo untuk berbagai pagelaran. Dan ketika saya kesana, ada sekelompok ibu-ibu sedang latihan akting. Kadang ada yang tanpa ekspresi aktingnya dan bahkan ada yang meledak-ledak. Lumayan sambil istirahat menonton artis-artis lokal.

Untuk kampung batik Pesindon dan Kauman letaknya tak jauh dari alun-alun kota. Tapi saya tidak sempat kesana karena memang tidak ada niat untuk belanja batik.

Kota Pekalongan memang menjadi salah satu surga pecinta batik di Indonesia. Di sepanjang jalanan kota tersebar toko-toko dan tempat pengrajin batik karena memang industri batik disini banyak dipegang oleh UKM. Keragaman dan kemodernan batiknya juga menjadi ciri khas tersendiri bagi kekayaan budaya Indonesia di mata dunia mewakili batik bergaya pesisiran.


-- Salam Dolan --


Tidak ada komentar :

Posting Komentar