Rabu, 15 Agustus 2012

Masjid dan Fasilitas


Sudah empat kali saya melaksanakan solat tarawih di masjid depan rumah saya di Purwakarta yaitu masjid Al-kautsar. Masjid ini adalah sebuah masjid kecil yang ada di lingkungan rumah saya. Namun masjid ini adalah masjid yang bisa dibilang dalam masa perkembangan dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti kegiatan sekolah Islam bagi anak-anak di lingkungan sekitar, pengajian-pengajian rutin, pesantren Ramadhan dan lain-lain dalam rangka membekali jamaah dengan berbagai pengetahuan keislaman. Masjid ini juga merupakan masjid independen di antara masjid-masjid di sekitar daerahku dalam artian masjid ini tidak ditunggangi dan digunakan untuk kampanye golongan tertentu karena di daerahku memang terkenal sebagai salah satu basis salah satu partai Islam di Indonesia. Selama empat kali itu pula saya memperhatikan ada hal yang kemudian memunculkan ide untuk saya tulis di blog ini.

Upaya pengembangan selain dari kegiatan-kegiatan juga terlihat dari fasilitas-fasilitas yang terus ditambah seperti hiasan-hiasan, papan pengumuman yang up-to-date, dan yang baru adalah adanya 2 buah pendingin ruangan (AC). Pemasangan AC ini tentunya bermaksud baik demi kenyamanan jamaah dalam beribadah. Tapi ada dua hal yang perlu saya garis bawahi. Pertama masalah daya listrik dari pemasangan AC tersebut. Dulu-dulu sebelum ada AC tersebut saat ada acara ceramah pada malam hari tidak pernah listrik di masjid ini “anjlok”. Tetapi beberapa hari kemarin beberapa kali “anjlok” saat solat tarawih dilaksanakan. Mungkin untuk lebih meningkatkan kenyaman lagi, masalah teknis tersebut harus dapat teratasi dengan baik.

Satu hal lagi yang saya perhatikan adalah adanya budaya baru yaitu budaya menutup pintu bahkan saat solat tarawih sedang berlangsung. Dalam konteks kehidupan modern, memang anjuran Rasulullah untuk tidak menutup pintu masjid agaknya cukup sulit dilakukan dengan alasan keamanan fasilitas-fasilitas yang beragam dan relatif berharga yang terpasang di dalam masjid. Namun hal itu saya rasa tidak berlaku saat solat berlangsung karena malah memberi kesan “ekonomi-eksekutif” dalam beribadah dimana jamaah yang didalam secara eksklusif mendapat AC dan yang di bagian sayap masjid hanya mendapat kipas angin dan angin alam. Sebaiknya saat solat dan jamaah banyak hingga keluar, pintu masjid tetap dibuka agar menyatu antara jamaah yang diluar dengan jamaah yang didalam dan tidak ada sekat berupa pintu dan jendela.

Sekian, semoga penambahan fasilitas di masjid ini tidak menjadikan istilah “kasta” pada seluruh jamaah.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar