Senin, 06 Mei 2013

Legend Beach and Java Hidden Paradise (2)

“Alasan saya menunda pulang dari Pel. Ratu sebenarnya karena penasaran akan pantai yang kata Kang Adi bagus dan tak jauh dari Pel. Ratu.”

Pantai Ciantir dari Atas Bukit
Sambil menunggu charging HP dan baterai kamera, saya duduk di warung Kang Adi menunggu kendaraan yang akan membawa saya ke “Java Hidden Paradise” alias Pantai Sawarna yang terletak di Provinsi Banten. Kata penduduk di Pel. Ratu, ini adalah pantai baru dan masih bagus yang belakangan saya ketahui dari pedagang di pantai Sawarna bahwa pantai ini baru ramai pada tahun 2010. Walaupun sebenarnya saya tidak tahu kriteria pantai yang bagus, tapi karena rekomendasi orang-orang pantai maka saya tidak ragu mendatanginya.

Sekitar pukul 12.00 kendaraan yang akan membawa saya datang juga. Kendaraan itu bernama ELF – padahal ELF itu merk mobilnya (Isuzu ELF). ELF yaitu angkutan yang biasanya melayani jalur antar desa yang ukurannya seperti mobil-mobil travel. ELF bisa memuat lebih banyak dari angkot biasa dan seringnya lebih banyak pula dari kapasitasnya. Saat itu saya kira akan suram karena di atas ELF sudah bertengger karung-karung sayuran yang dibawa dari pasar Pel. Ratu, tapi ternyata ELF-nya masih bagus, tidak over capacity dan duduk pun nyaman. Saya pun siap menuju Sawarna yang katanya menempuh 2 jam perjalanan menuju terminal Cisolok dan terus menuju terminal Bayah di Banten.

Perjalanannya seperti naik halilintar di Dufan berjam-jam. Karena jalur yang ditempuh adalah jalur gunung yaitu Gunung Batu maka sudah pasti treknya naik-turun dan berliku. Tapi dibalik itu semua ada sesuatu yang indah juga. Di sisi kiri sering terlihat pemandangan pantai dan laut selatan yang kalau di lihat dari atas terlihat kecil namun luas dan baru kali ini saya lihat alam dengan pakaian seindah itu. Keren... Sekitar pukul 14.00 akhirnya saya diturunkan di jalur menuju Sawarna yaitu pertigaan Cibayawak. Ini adalah satu dari dua jalur menuju Desa Sawarna, yang lainnya adalah jalur Ciawi yang jaraknya lebih dekat dari Pel. Ratu tapi masuk ke Desa Sawarnanya lebih jauh. Dari situ dengan menggunakan ojek saya sampai di Desa Sawarna. Ternyata pantainya terletak di belakang pemukiman penduduk yang disulap menjadi homestay, dan ternyata juga nama pantainya bukan Pantai Sawarna tapi Pantai Ciantir yang letaknya di Desa Sawarna. Setelah lanjut dengan berjalan kaki akhirnya saya sampai di pantainya.

Kesan pertama saya saat tiba di pantainya adalah “panas”, karena saat itu masih sekitar jam 2 siang. Akhirnya saya memutuskan duduk-duduk di warung di sekitar pantai. Di sini warungnya semua terbuat dari bambu dan beratap injuk sehingga menimbulkan kesan alami. Sambil istirahat saya memperhatikan sekeliling, memang dari beberapa pantai yang saya datangi –di Jawa Tengah dan Bali– ini yang paling bagus. Pasirnya putih, sekelilingnya perkebunan, sawah, dan bukit-bukit nan hijau yang kontras dengan pantai yang saat itu gersang ditambah dengan lingkungan yang masih bersih. Ombak khas laut selatan pun tak lupa selalu setia beriringan membasahi pasir yang gersang. Katanya saat ombaknya tinggi yaitu antara bulan Mei sampai Agustus, Pantai Ciantir menjadi salah satu spot surfing bule-bule.

Karang Kembar Tanjung Layar
Matahari pun akhirnya condong dan kegersangan pantai mulai berkurang. Saya pun memutuskan berjalan di pinggir pantai merasakan pasir putihnya dengan buih-buih sisa ombak yang merayap. Sore itu saya berniat menuju Tanjung Layar, salah satu “spot” di Sawarna dan pada pagi harinya saya akan ke Lagoon Pari. Dengan menyusuri pantai ke arah barat saya pun sampai ke Tanjung Layar. Tanjung Layar adalah adalah kumpulan karang-karang yang cukup luas dengan 2 buah karang besar di tengahnya membentuk seperti bukit. Di sana ombak-ombak yang menghantam karang lebih “wah” daripada di Pel. Ratu. Karang-karang membentuk tembok mengelilingi Tanjung Layar sehingga membentuk laguna yang tenang. Saat surut kita bisa melihat beberapa biota laut seperti bintang laut, bulu babi, dan ikan warna-warni yang terjebak di sana.

Karang Kokoh Lagoon Pari
Selain Tanjung Layar, Lagoon Pari adalah tempat berikutnya yang saya datangi keesokan paginya. Tapi sayang, karena tidak tahu jadi kami tidak sampai ke pantainya. Kami hanya sampai di laguna kecil dengan karang-karang yang tak sebesar di Tanjung Layar. Namun saat keindahan terletak di langitnya yang mendung namun ada pelangi sehingga menjadikan pemandangan dengan kontras yang indah.

Bagi saya Sawarna bisa jadi tempat menarik jika ingin dapat pantai bagus dengan laguna-laguna cantik. Penginapan disana pun banyak dan bervariasi, banyak homestay-homestay disana dengan harga bervariasi pula. Tapi untuk yang ber-budget minim dan tidak berombongan banyak, saung-saung di pinggiran pantai milik penjaga warung bisa menjadi alternatif tampat menginap yang murah –saya pastinya memilih yang kedua– atau bikin tenda di pinggir pantai juga tidak dilarang. Namun sayangnya menu makanan laut di pinggir pantainya belum banyak ada, rata-rata hanya ada mie instan dan telor saja. Untuk ikan harus request dan penjualnya akan membelikannya dulu. Ironis juga di laut tapi tidak ada ikan bakar.

Selesai dari Lagoon Pari saya pun kembali menuju Jakarta dengan sebelumnya ke Kota Sukabumi untuk membeli Mochi Lampion di JL. Bhayangkara, Gang Kasuari. Saya kembali naik ELF ke Pel. Ratu. Benar saja yang saya katakan tentang ELF yang over capacity. Ada sekitar 2 kali lipat dari kapasitas penumpang yang diangkut saat itu. Bahkan sampai ada 4 orang yang harus naik di atap mobil. Tapi dari kepenuhan itu ada sedikit rejeki karena saya jadi harus memangku seorang cewe selama perjalanan :p.


Mungkin Berguna :

Rute Pel. Ratu - Sawarna : Jakarta - Bogor - Pel. Ratu - Sawarna

Ongkos-ongkos :
1. Bis Jakarta Bogor : Rp 7.000,-
2. Bis Bogor - Pel. Ratu : Rp 30.000,- (saat itu sedang macet jadi lebih mahal)
3. Angkot Pel. Ratu - Karang Hawu : Rp 5.000,- (jangan naik ojek yang ditawarkan di terminal Pel. Ratu)
4. Elf Karang Hawu - Cibayawak : Rp 20.000,- (kalau turun di Ciawi Rp 15.000 tapi ojeknya tidak tahu)
5. Ojek Cibayawak - Sawarna : Rp 25.000,- (kalau bisa ditawar, pasarannya Rp 20.000,-)
6. Masuk Pantai Ciantir : Rp 5.000,-
7. Penginapan di Ciantir (saung pinggir pantai) : Rp 20.000,-/orang (kalau rombongan beda dan lebih murah)


Semoga Bisa Jadi Referensi, Salam Dolan :)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar