Rabu, 02 April 2014

Beli Buku

Bel istrahat berbunyi di sebuah SMP negeri di pinggiran Jakarta. Membawa kebahagiaan bagi murid-murid. Di bayangan mereka, es, cilok, cimol dan aneka jajanan sudah memanggil dari kantin.

Tapi tidak bagi Joko. Anak Jawa tulen itu tidak pernah mempan dihantui promosi abang-abang kantin. Alasannya, dia tak punya uang lebih. Dia selalu bawa bekal, kadang nasi atau hanya gorengan. Itu karena ibunya adalah penjual gorengan. Dan terbukti efektif menggantikan uang jajan Joko.

Bukan berarti Joko tidak bahagia. Hanya faktornya saja berbeda. Ia bahagia karena ia bisa mengunjungi tempat yang dianggap "angker" oleh teman-temannya. Perpustakaan. Joko akan betah menghabiskan jam istirahatnya disana. Ratusan buku adalah "jajanan" gratisan Joko.

Tapi ada yang unik. Walaupun kantin Joko adalah perpustakaan, tapi Joko bukan bintang kelas apalagi bintang sekolah. Dia hanya ada di urutan ke-17 dari 40 siswa di kelasnya.

Siang itu penjaga perpustakaan menyindir. "Pantes, Jok, kamu enggak rangking, orang bacaannya begituan terus." Sambil menunjuk novel kuno yang dibaca Joko.

Joko menimpali acuh."Saya baca bukan ingin jadi juara kelas, Bu. Saya baca karena ingin buat buku sendiri biar punya buku tanpa harus beli." Penjaga perpustakaan hanya tertawa mengejek. Memang pemikiran Joko agak sulit diterima orang-orang normal. Tapi… Joko serius.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar