Kamis, 24 April 2014

Caleg dan Satu Slop Rokok

Di suatu pagi. Matahari begitu sombong memandangi para caleg yang harap-harap cemas menjelang waktu pencoblosan. Tak terkecuali Pak Umar, caleg dari sebuah partai yang baru saja mengeluarkan uangnya lagi. Uang hasil menggadaikan sertifikat rumahnya yang sudah ia tetapkan sebagai modal investasi untuk turun jabatan dari rakyat menjadi wakil rakyat.

Dua juta rupiah untuk dua puluh remaja teman sepermainan anaknya. Dengan syarat sangat mudah, tinggal coblos saja Partai Maju dan caleg nomor urut empat pada surat suara berwarna biru atau DPRD Provinsi.

Salah satu penerima politik uang itu adalah Erwin. Remaja yang baru pertama kali ini mencoblos karena baru cukup umur. Di rumah Pak Umar, Erwin dan teman-teman serombongannya menerima uang itu.

Setelah pencoblosan beres. Erwin langsung pergi ke warung dan membeli satu slop rokok untuk stoknya nongkrong dari uang itu.

Beberapa hari kemudian, saat ia sedang asik menikmati rokoknya. Sebuah kabar datang dari temannya.

“Pak Umar stress, dia gagal jadi caleg katanya. Tadi aku habis dari rumahnya.” Kata temannya.

“Memang pada nyoblos Pak Umar enggak ?” Tanya anak lain.

Erwin dengan santai menjawab.

“Sudahlah, salah sendiri curang, bagi-bagi duit. Aku mah nyoblosnya merem.” Dihisapnya lagi rokok amal dari Pak Umar itu.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar